Senin, 24 Oktober 2011


"They need the problem-solving and creative skills to support a higher value-added manufacturing sector and the business, thinking and behavioural skills for a higher productivity service sector," the report says. The bank says there are gaps in all these groups of skills in newly hired professionals across the region."

http://www.theaustralian.com.au/higher-education/east-asian-universities-fail-to-deliver-workplace-skills/story-e6frgcjx-1226169982606

Sepertinya peningkatan "marketable" skills adalah kuncinya,
1. Perbaikan kualitas market lulusan / alumni diatas kertas, dengan memperbaiki kualitas CV, dengan tambahan memberikan training-training yang juga marketable dalam dunia industri seperti autocad, hysis atau software-software praktis yang memang secara praktis dibutuhkan oleh dunia industri.
2.Perbaikan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk direct selling yang juga sangat penting, dalam hal memasarkan diri, termasuk didalamnya komunikasi dlm bahasa asing.
3.Atau secara radikal membalikkan paradigma diatas, dengan menciptakan pasar kerja sendiri, technopreneur atau enterpreneur,Dan ini butuh keberanian dan tekat seperti cak Eko dan cak Gunaris.


Satu hal lagi yang aku lupa sampaikan:

#Fokus terhadap tujuan akhir, bukan pd tujuan antara.
(Belajar bukan sekedar Nilai/lulus tapi untuk menjadi seorang praktisi/profesional kedepannya)

Seperti tulisannya Dr.Paul D Giamalvo, suhu saya dalam Project Managament dalam beberapa kali trainingnya dan di milis, pd email di bawah:

"In ALL fields of expertise, we need to change the focus from the ability to pass written examinations to producing competent, capable PRACTITIONERS"

Artinya perlu perubahan paradigma mahasiswa, dalam belajar, yaitu mengetahui tentang untuk apa dia belajar tentang mata kuliah tertentu.
Tentunya dengan memberikan gambaran, kira-kira bagaimana ilmu ini diaplikasikan dalam dunia nyata (kerja). Sehingga mahasiswa dapat terarah dan lebih semangat. Sehingga dia dapat menentukan karir masa depannya semenjak mahasiswa berdasarkan minat (passion) nya.
Saya juga sebenarnya produk dari budaya mengejar Nilai , mengejar kelulusan dst.. (yang merupakan tujuan antara bukan akhir) Tanpa mengetahui esensi dari pelajaran yang saya ambil.
Hasilnya: Berhasil lulus dengan IP diatas rata-rata kawan2, tapi I'm master of none ...hahaha...:)
Setelah merenung sejenak, untungnya dalam kuliah tersebut ada satu nilai yang nyempil indah dengan nilai AB, di mata kuliah Manajemen Operasi dan Produksi yang diajar oleh pak Boby di Mesin yang selalu saya ikuti dengan semangat..(salam hormat saya untuk beliau), dan akhirnya saya mempunyai takdir, pindah jalur dari Mesin ke Manajemen Proyek yang seharusnya diisi oleh orang TI dan/atau Teknik Sipil dan Perencanaan. Disitulah saya kemudian belajar banyak tentang Focus to the STRENGTH not only to improve the weakness..
Selain memperbaiki kekurangan, tapi harus lebih fokus juga kepada kekuatan/keunggulan..

0 komentar: