Jumat, 28 Oktober 2011


Sangat menarik dengan fenomena "freezing the scope of work" dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses eksekusinya.

Definited Scope (Freezed Scope).
Apakah scope of work harus benar-benar dibekukan (freeze) setelah mendapatkan Approve for Execuiton / Expenditure, ataukah memang masih bisa dilakukan penambahan-penambahan SOW dalam rangka penyempurnaan (continues improvement?).
Lalu kira-kira apa ada yang salah dari proses yang yang kita ketahui melalui PMBOK dan standard-standar yang ada dan yang kita lakukan selama ini, tentang Scope Definition dan hal-hal yang harus dilakukannya?

Seperti yang diketahui, seperti yang dituliskan PMI dalam PMBOK mengenai project phasing, mengenai pentahapan proyek. Sebelum proyek masuk ke phase eksekusi, selalu ada phase yang disebut Planning (perencanaan), yang biasamya selalu diikuti proses-proses dari:
Opprtunity (with Options) kemudian feasibilty study: selected Option, define the option, menentukan option yang terpilih dan menentukan scope yang terdefinisikan dengan jelas, (Scope definition) yang kemudian akan dilakukan dalam sebuah proyek.
Namun rupanya setelah semua fase itu dilalui, masih saja ada options atau bahkan sesuatu yang baru masuk kedalam SOW yang telah diapprove bersama. Menganalisa hal ini ada beberapa hal yang menjadi kemungkinan.

Overlook dan under estimate.
Overlook dan Under Estimate mungkin bisa jadi yang menjadi salah satu (atau dua) permasalahan besar dalam mendefinisikan suatu proyek.
Kemampuan mengestimasi dan mengkritisi terhadap hal-hal yang detail menjadi salah satu kuncinya.
Seperti yang sering disebut: "The Evil is in the detail..." Artinya dalam perecanaan pun diperlukan pendetailan rencana (dalam tingkatan tertentu, tergantung kesiapan data dan Informasi)
Masalah Overlook ini, atau bahasa lainnya "terlewatkan", merupakan istilah yang sering terjadi pada design dan estimasi dalam masa planning ini. Kejadian ini bisa jadi karena semata ketidak telitian atau mungkin faktor-faktor manusia yang lain.
UnderEstimate, atau memandang rendah atau estimasi yang terlalu kecil terhadap suatu aktifitas / equipments yang akan dipasang.


Lalu bagaimana menyikapinya?
Overlook ini dapat diminimalisir dengan Penerapan Quality assurance dalam proses Feasibilty Study / Engineering study ini.Artinya proses check dan re-check dalam setiap deliverable yang dihasilkan dalam phase perencanaan ini mempunyai kualitas yang baik.
Untuk UnderEstimate dapat di kurangi dengan selalu update dan reknosolidasi data base dan informasi. Market intelegent dan perencanaan kerja yang telah di definisikan dengan baik dapat membantu estimasi yang lebih tepat.
Artinya permasalahan itu dapat diminimalisir, dengan membuka chanel KOMUNIKASI sebesar-sebesarnya pada saat planning phase, dalam artian proses untuk review, check dan re-check dari semua stakeholder, sehingga semua informasi dapat tertangkap dengan baik selama proses ini.

Sehingga semua Risk, baik Known, known unknown dapat diantisipasi baik secara biaya (cost) maupun jadwal pekerjaan (schedule). Sehingga diharapakan didapatkan contigency yang mencukupi untuk menghandle semua known (identified) risks yang muncul.
Yang kemudian apabila resiko unknown-unknown adalah resiko yang sama sekali tidak diantisipasi, sehingga bisa jadi menjadi show stopper, atau pernyataan proyek dapat berhenti.
Dan kemudian selanjutnya "mempersempit" chanel komunikasi untuk terjadinya perubahan, dengan filter SOW yang telah disepakati bersama. Mempersempit dalam artian membatasi ke semua stakeholder bahwa perubahan yang terjadi dapat mengganggu kinerja proyek secara keseluruhan.


Namun bila perubahan itu tetap masih ada...
Sampai batas mana perubahan dapat diakomodir dalam sebuah defined scope (freeze scope)?
Saya kira sebuah perubahan,yang apabila memang tak dapat dihindari, apalagi kalau memang perubahan itu merupakan perubahan yang dapat mengakibatkan kegagalan proses dalam sebuah end result sebuah proyek. Bisa jadi perubahan itu meerupakan hal yang sangat significant, sehingga apabila memang perubahan itu tidak dilakukan dapat mengganggu kinerja end product sebuah hasil proyek.
Seperti yang disarankan oleh PMI dalam PMBOKnya, keputusan ini (seharusnya) dilakukan oleh Change Board, atau pihak-pihak yang berhak melakukan keputusan perubahan dan bukan Project Manager dan/atau PMT.
ChangeBoard ini sangatlah penting keberadaannya, karena dengan adanya CB ini, akan memindahkan responsibilty terhadap perubahan dari PM/PMT kepada CB.
PM/PMT tidak dapat disalahkan apabila memang ternyata dalam kenyataannya perubahan itu memang harus dilakukan.

Selasa, 25 Oktober 2011


Earn Value & Earn Schedule

Menarik diskusi tentang earn value dan wacana earn schedule.


Sebagai share pengalaman, dalam pekerjaan EPC Oil&Gas dalam sisi sebagai owner / pemilik proyek. Penerapan earn value tidak gampang diterapkan, yang dimonitor adalah progress yang dibuat dalam weighting yang disepakati dalam Progress measurement systems.
- Enginering dimeasure berdasarkan dalam step progress deiverable,
- Procurement di buat berdasarkan nilai kontrak dan stepping aktifitasnya,
- Construction berdasarkan kombinasi manhour dan nilai kontrak.

Dan schedule dikontrol melaui achievement / milestones yang dicapai.

Earn value analysis membutuhkan actual cost data. Dan sangat tidak mungkin meminta actual cost kepada EPC contractor karena (biasanya) yang dihadapi adalah contract dengan tipe Lumpsump dan bukan tipe reimbursable (biasanya utk type pekerjaan tipe reimbursable adalah yang menjual manhour seperti engineering services only atau pekerjaan berdasarkan
nilai kontrak)

Beberapa wacana untuk melakukan penggunaan manhour weighting (pembobotan) sebagai pengganti money value weighting (apa mungkin ini yang disebut earn schedule?). Dimana semua pekerjaan E,P dan C dimeasure berdasarkan manhours saja. Seperti halnya kita membuat schedule dengan diberikan manhour loaded.

Namun hasilnya kita akan mendapatkan progress measurement yang berbeda dibandingkan dengan progress weighting yg saya sebutkan diatas. Namun ini tidak semua gampang di konvert dengan manhour, karena pekerjaan procurement, walaupun manhournya kecil, namun memiliki value yang
(sangat mungkin) lebih tinggi dari pada engineering.

Sehingga yang terjadi adalah alat kontrol dalam sisi cost adalah sebagai VOWD (value of work done) yg merupakan berapa besar progress yang telah dibayarkan (bahkan apabila kontraktor lambat dalam claim progress akan terlihat tidak bagus dalam cost figure project).

Dan akhirnya yang paling penting adalah bagaimana mencapai target schedule seperti yang dijanjikan, menghindarkan perubahan-perubahan dari lumpsump kontrak yang mengakibatkan penambahan biaya, sesuai dengan standard quality dan dilakukan dengan aman.

Kesimpulannya daam Oil&Gas project, kita tidak hanya menghadai triple constrain, cost schedule dan quality namun juga ditambah yaitu Safety.
(Apa mungkin ini perlu diusulkan dalam penambahan elemen PMBOK? :))


Just want to share lesson and learnt .

First thing first, once you get an authority from your management as project manager, you have to mastering and get familiar with your EPC contract; it's scope of works, terms and payment, contract schedules,changes, rates, type of the contract, etc.
You may need to discuss with proposal group to build and define the WBS (Work Break Down Structure) as your basis of works as per contract SOW.

At this WBS, we need to define the engineering deliverables as required , as stated on MDR (Master Delevirable Register), Materials/equipments to be pocured (Procurement master schedule), and list up the construction activities to install those materials / equipments up to start up and commissioning.

From this WBS we can define schedule duration, cost, and resourcess required.

We need also to budget some several clients specific requirements such as quality, safety, site specific requirements, security, community dev, project management expenses and also some contigency (management reserves) that need to have agreement with your management.

Definitely as Project Manager you may requires project engineering support, Construction team, QA/QC, and also project control support, which the quantity and numbers deppend on the size of the project and also as per contract requirements. You need to delegate the work
responsibilities as per their experties.

From here at this planning stage at minimum, we might have the followings:

1. WBS dictionary (as per contract SOW) and additional WBS for project management / reserves as stated above.

2.Poject Master schedule (as per contract Schedule) which will be broke down into:

2a.Contract / Target milestones
2b.Master Delverable Registers
2c.Procurement Master schedule
2d.Construction (up to start up/ comm) schedule
2e.Close out

3.Cost & Budget and target set up (and also cash flow forecasting as per terms of payments)

4.Resourcess requirements

5.Safety and Quality requirements.

Further after contract signing. Together with your client need to set up "kick off" meeting to discuss and verify the SOW to avoid future disputes, setting up targets and milestones etc.

And you might to enter the execution and controlling phase of the project...


On 7/10/09, Winner Yousman wrote: Dear all,

Could help me give the advice and suggestion with the situation below ?
Dear all,

Could help me give the advice and suggestion with the situation below ?

I have been assigned as Project Manager and the information of project has show below :The project is EPC Project
The project has been awarded to my company
1. I was not involved in the proposal preparation work at all
2. Contract will be signed with client two weeks later. ( Contract documents are already available )
3. Client Representatives will start staying resident immedately after contract signing
EPC Schedule is very tight, and the budget seems to be very severe
4. All key members involved in proposal preparation will be assigned in different project, not in this EPC project per the TOP Management Policy
5. Top Management expects you to ensure the profit per the company standard
6. Engineering Manager has also been already assigned, but all other project key members will be assigned very soon.

Please suggest me what should I do as the first things to do if I have been assigned as Project Manager ?


Pertanyaannya cukup singkat namun kalau dijelaskan memerlukan penjelasan yang cukup panjang.

Kita mungkin perlu berangkat dari kata kuncinya yaitu: "Project";"Management"; "Project; "Management" dan terakhir "Project Cost management"

Dimana menurut PMBOK (project management body of knowledge) www.pmi.org.
Project, dalam terjemahan bebasnya adalah: Project adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk (barang atau servis) dalam jangka waktu tertentu (temporary) yang mempunyai waktu permulaan dan beralkhir.

Dalam milis ini memang membahas dan fokus Produksi dan Operasi. Walaupun sifatnya sama menghasilkan suatu produk (barang/jasa) namun sifat operasi adalah terus menerus, namun Project sifatnya adalah temporary dan ada permulaan dan akhirnya.

Dalam proyek selalu ada tahapan Inisiasi , Perencanaan/Planning, Pelakasanaan/Execution, Controlling dan Clossing.

Namun dengan niatan belajar bersama, yang menurut pepatah: "ikatlah ilmu dengan menuliskannya", saya mencoba menjelaskan sebatas pengetahuan saya.

Kata "Manajemen" sendiri mempunyai arti sebagai suatu ilmu tentang seni mengatur/memimpin organisasi yang terdiri dari aktifitas "POAC",Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.

Bila digabung: Project Management, yang masih menurut PMBOK, adalah: Aplikasi dari pengetahuan, skills/keahlian, tools dan teknik dalam menangani aktifitas project untuk mecapai/memenuhi ekspektasi project dan stakeholders.

Kembali ke subject yang ditanyakan apa itu "Project Cost Management" ??

Project Cost management adalah salah saty elemen dari banyak elemen di Project Management, dan merupakan elemen tiga terpenting yang paling banyak disebut oleh orang dalam Project Management : Cost, Schedule dan Quality yang sering juga disebut "triple constrains" dalam
mencapai tujuan project. Selain itu ada juga elemen yang lain diluar tiga tersebut seperti
Project Integration, Scope, Human Resources, Communication, Risks dan Procurement.

Elemen Project Cost Management terdiri dari:
1.Resource Planning / Perencanaan Sumber Daya
2.Cost Estimating / Estimasi Biaya
3.Cost Budgeting / Anggaran Biaya
4. Dan Cost Controlling / Pengaturan Biaya.

Diperlukan penjelasan yang perlu panjang lebar apabila harus menjelaskan satu persatum engenai elemen Project Cost Management.
Namun kalau boleh dituliskan secara singkat,
1. Perencanaan Sumber Daya terdiri atas Perencanaan sumber daya modal/biaya, Tenaga Kerja, Perlatan/mesin dan material. Perencanaan Biaya yang biasa dilakukan dalam proyek seperti halnya anggaran biaya yg lain adalah: Direct Cost dan Indirect Cost.
1.a. Direct Cost adalah merupakan biaya langsung selama project berlangsung yg biasanya terdiri dari: Biaya Tenaga Kerja, Peralatan dan Material
1.b. Indirect Cost adalah merupakan biaya yang tidak langsung / tidak tetap seperti: biaya manajemen proyek, izin, asuransi dll.

2. Perkiraan biaya / Cost estimating, adalah ilmu dan teknik dalam menghitung biaya proyek berdasarkan dasar-dasar perkiraan/teknik yang dipakai (analogi, parameter, Bottom up, dan computerized berdasarkan basis data yang ada dlm software)

3. Anggaran/budgeting, merupakan kegiatan untuk menyusun anggaran belanja dan aliran kas (masuk dan keluar) dalam suatu proyek berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

4. Controlling, Merupakan kegiatan untuk mengontrol biaya/cost, berdasarkan RAB / Cost baseline sehingga diperlukan teknik untuk mengukur kinerja / performance dan pengontrolan terhadap perubahan / change..

Dari keempat elemen itu, diperlukan suatu sistem pembagian dan perumusan hirarki project yang biasanya kita sebut Work Breakdown Structure (WBS). WBS ini sangat amat penting, karena merupakan basis dari scope project itu sendiri. Pembagian struktur kerja / WBS ini sangat penting, karena setiap WBS mempunyai keterikatan dengan elemen biayanya, atau biasa disebut juga dengan "Cost Breakdown Structure" (CBS).
WBS secara arti harfiahnya, secara singkat dapat dijelaskan sebagai membagi suatu kegiatan proyek menjadi struktur atau hirarki tertentu, sehingga sampai kepada paket-paket pekerjaan yang terperinci yang bertujuan untuk mempermudah dikelola.
Pembagian struktur WBS secara umum dapat dibagi berdasarkan:
1. Area / Lokasi pekerjaan
2. Kategori pekerjaan (berdasarkan Disiplin Ilmu / Tenaga kerja dan Peralatan)
3. Spesifikasi pekerjaan
4. Berdasarkan para pihak / Kontraktor yang mengerjakan.

Kembali ke subject pertanyaan, software apa yang digunakan untuk Project Cost Management"
Jawabannya adalah : Banyak software yang bisa digunakan Dari yang "common", seperti Ms.Excell yang sebenarnya menurut saya sudah "mencukupi" kebutuhan proyek dalam skala yang kecil, sampai dengan "integrated (dan complicated)" seperti SAP module SAP - project management.

Software planning dan schedulling seperti Ms.Project dan untuk skala yang lebih besarnya Primavera Project Planner juga sudah terintegrasi untuk Project Cost managementnya. Elemen planning secara waktu (schedule/jadwal kerja) dan juga secara biaya, per aktifitas kerja.

Dan kalau mau "customized" saya lihat banyak juga konsultan Project Management menawarkan Project Management software seperti PIMS dll yang didalamnya sudah pasti ada yang menangani Project Cost Management.

Tapi dari semua software tersebut, kembali lagi menjadi suatu tools yang sangat tergantung dari kebutuhan user/pengguna aplikasi tersebut. Dan kembali lagi kepada manusia nya, pekerja project itu sendiri.

Karena Project Management, menurut saya, sangat fokus kepada Manusia - Kepemimpinan, Kerja sama team, dan KOMUNIKASI


Seperti halnya buku "the secret" Rhonda Byrn, apa yang kita pikirkan akan menjadi magnet terhadap sesuatu hal. Barusan saja saya berusaha menulis tentang ini, tentang masalah "integrity" atau integritas dalam bahasa serapan di Indonesia untuk milis PMI Indonesia, namun masih "nyantol" dalam handheld saya…
Tidak tahu harus berbuat apa. Jadi saya harus menulis ulang lagi tentang ini, namun sekaligus berkah karena mendapatkan triger dari tulisan tentang "Kecerdasan spiritual" dan hubungannya dengan PMBOK oleh pak Jaya Martha ini.

Sebagai insan penggiat Project Management (yang saya coba singkat sebagai: PM), sudah seharusnya masalah integritas adalah masalah yang sangat krusial dalam tulisan dibawah ini, yang mengambil topik sebagai "Kecerdasan Spiritual", dan hubungannya PMBOK dan ditambah dengan puisi "Jaman Edan" Ronggo Warsito ...

Yang ingin saya tanggapi agar lebih universal adalah masalah "integritas". Integritas dalam kata asalnya bahasa Inggris Integrity secara harfiah adalah; Ketulusan hati, Kejujuran; Keutuhan. Sudah lama Indonesia kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang mempunyai Integritas... Bangga sebagai bangsa Indonesia yang utuh yang jujur, religius dan agamis.

Bagi saya, saya melihat Integritas sebagai suatu sikap yang utuh yang mencerminkan compliance terhadap peraturan dan nilai-nilai (baik formal maupun non formal) yang ada sebagai seorang profesional
dibidangnya. Seingat saya, Masalah integritas, dalam test Project Management Professional (PMP) juga merupakan bagian dari exam, ada soal yang mempertanyakan tentang integritas ini yang biasa juga disebut "code of conduct" atau "Bussined ethics" atau mungkin bisa juga disebut sebagai integritas. Dan sertifikat ini bisa dicabut apabila kita terjerat masalah hukum / ethical.

Kelanjutan untuk diskusi, saya akan berangkat dari analisa dari premis berikut:

Premis Pertama:
Milis ini membawa nama ID/Indonesia sebagai sebuah kumpulan "insan profesional" di Bidangnya.

Premis turunannya:
Berapa banyak proyek indonesia menjadi sebuah "cibiran" dunia internasional karena dipenuhi dengan "kong-kalikong", "angpao", "sogokan" dan lain sebagainya. Dan itu terjadi di Indonesia yang
katanya Indonesia adalah bangsa yang agamis. Dan kenyataannya banyak kasus proyek yang sekarang dimeja hijaukan...

Sebenarnya siapa yang bertanggung jawab??
Jawabnya adalah kita semua, karena seharusnya sebagai penggiat PM di Indonesia, mengkampanyekan Integritas sebagai suatu kesatuan yang utuh sebagai seorang profesional.

Hal itu bisa dimulai dengan:
1. Peningkatan sosialisasi melalui milis lembaga profesional disini tentang masalah integritas. Sebagai kampanye bersama yang anti KKN. Karena saya yakin untuk hal memberantas KKN ini harus dimulai dari
lingkungan kita sendiri. Compliance terhadap peraturan, baik compliance terhadap peraturan internal perusahaan, lembaga pengatur negara dan ini harus menjadi pegangan utama setiap insan profesional dalam melangkah.

2. Lebih menghargai sertifikasi profesional yang ada, dan mendukung berkembangnya sertifikasi di Indonesia. Karena dengan berkembangnya sertifikasi profesional sebagai suatu standard kompetensi sekaligus
banchmark dengan dunia Internasional.

China saja sudah mempunyai PMP berbasis bahasa China, Indonesia - mengapa tidak?. Begitupun dengan sertifikasi semacam CMNP utk SCM.
CMIIW.

3. Lebih menghargai masukkan dan input dari kumpulan profesional, baik formal dan informal, sehingga peraturan dapat di customize lagi agar tidak menjadi sebuah peraturan yang malah jadi constrain dunia usaha.
Wacana dimilis APICS-ID tentang kampanye ERP di dunia pemerintahan / DPR kemarin, sangat saya dukung. Dan perlu juga dukungan semua pihak. Karena dengan sistem ERP atau e-procurement diyakini dapat mengurangi "kenakalan" oknum. Kalau bisa sebagai insan profesional dapat memberikan solusi alternatif dengan ERP "lokal" yang murah dan terjangkau tanpa harus memakai ERP yang "njlimet". Ribuan pakar IT Indonesia saya yakin mampu membuatnya, namun hanya karea kurang "jualan" maka tidak terpakai.



Dalam hal ini tentunya kita harus spesifik bicara apakah ini open tender, atau merupakan jenis tender spesifik/"tertutup" seperti direct selection dll. Tender "tertutup" seperti ini, sangat dibatasi
pemainnya dan karena sifatnya juga, tender ini hanya boleh utk kegiatan yg bersifat mendesak / emergency dan atau bersifat maintenance / similarity product sebelumnya yg terpasang dll (seperti
tercantum dlm PTK007). Dan hal ini memerlukan proses approval baik dari internal maupun eksternal company. Tidak ada proses pra kualifikasi disini. CMIIW

Kalau kita bicarakan jenis open tender, yang dimulai dengan Public announcement di media. Kriteria penyeleksian dibagi dalam beberapa tahap, tergantung model tendernya, 1 sampul, 2 sampul atau 2 tahap (Teknikal dan komersial). Ada beberapa keuntungan dan kelebihan dalam masing-masing model dalam jenis tender ini, namun dalam semua model tersebut tentunya ada tahap
Pre Qualifikasi (PQ). Tahapan ini akan menyeleksi bidder berdasarkan beberapa kriteria, yang saya ingat adalah: HSE system, Kemampuan finasial, sertifikasi dan sistem standard / manajemen mutu yang ada dan yang digunakan, fasilitas produksi/fabrikasi,peralatan/equipment yg dimiliki, kualifikasi personel dan History project sebelumnya.

Kembali ke subject pertanyaan, seberapa penting history/pengalaman project serupa? Tentunya ini kembali dari sistem skoring yang sudah disinggung pak Munawir diemail sebelumnya, yang jelas review oleh
klien berdasarkan kritera kriteria yang sudah dijelaskan di elucidation meeting/ bid opening. Jadi apabila rekan Eko sudah yakin terhadap kriteria2 tersebut terhadap perusahaan anda, namun karena experience yang belum ada. Maka harus diingat bahwa saingan perusahaan anda, adalah mungkin perusahaan yg memiliki skor yang sempurna terhadap semua kriteria2 yang dibuat klien tersebut. Kecuali anda menjual produk/ service yang sangat spesifik, sehingga pemainnya pun sedikit.

Bagi saya, track record, history project yang serupa, semacam CV buat kita yang karyawan mencoba melamar pekerjaan. Seberapa cocokkah kita terhadap pekerjaan yg dilamar, dengan pengalaman kerja kita.
Jadi track record / pengalaman bisa jadi sangat penting dan juga "mahal".

Sekedar saran yang mungkin sudah dibahas: history project/ pengalaman, bisa didapat antara lain dengan: menjadi subkontraktor terhadap main kontraktor, atau bisa juga dengan aliansi bisnis / konsorsium,
sehingga dengan aliansi bisnis yang sudah mempunyai pengalaman tentunya, akan "mengerek" nama perusaahaan anda. Dan pengalaman diatas sudah "sah" menjadi track record perusahaan.

Dan bisa jadi karena untuk menyaring vendor KKS / Klien bisa saja mengagalkan vendor/bidder dalam PQnya dengan kriteria skoring nya sendiri, dan sepenuhnya hak klien untuk menilai. Dan tidak ada negosiasi / "pendekatan" dalam proses ini apalagi menambahkan dokumen-dokumen kelengkapan. Katanya ini namanya "post bidding".

Karena terus terang saja, semakin banyak bidder yang masuk di tender, sebenarnya bagus juga karena menjadi lebih kompetitif, namun tentu saja menjadi beban dan menghabiskan waktu klien untuk mereview
bidder2 tersebut. Bisa jadi dari puluhan bidder bidder yang masuk disaring menjadi dibawah 10 bidder. Karena ada juga persyaratan di PTK , adalah minimal 3 utk open tender dalam PQ agar bisa lanjut ke Teknikal. Namun bukan berarti dibuat tiga yang lolos, tapi artinya benar-benar harus disaring bidder2 tersebut. Agar lebih mudah ke tahapan selanjutnya.

Maka sekali lagi berdasarkan pengamatan saya, kenapa katakanlah, vendor A yang lagi-lagi memenangi/ lolos, sementara vendor B yang kurang beruntung tersisih dalam tahapan PQ atau tahapan bid teknikal?
Ini karena juga karena berdasarkan pengalaman/track record. Menurut saya, vendor A tersebut, telah mengetahui standard mutu dan "kebiasaan" persyaratan klien. Vendor A ini sudah sangat mengerti requirement klien. Sehingga menyiapkan dan melengkapi dokumentasi tender yang berbinder-binder adalah hal yang biasa dan mudah buatnya. Beda dengan perusahaan yang baru mengikuti tender, baru kelengkapan dokumen saja sudah "fail" keluar dari gelanggang.

Terakhir, perlu diingat bahwa dalam proses review bidder, pd perusahaan yang sudah establish tentunya mengedapankan azas profesionalitas dan akuntabilitas yang tinggi. Ada internal auditor yang siap memeriksa setiap kejanggalan yang dilaporkan. Bahkan vendor pun dapat melaporkan pelanggaran ke pihak pihak terkait. Jadi apabila menemukan kejanggalan, protes jangan sungkan-sungkan: LAPOR kan.

Tentunya dengan tetap mengedepankan obyektifitas dan fakta yang nyata dan melalui saluran yang benar.


Artikel yang menarik dari penulis bpk Jaya Martha.

Sekedar menambahkan di sini dituliskan oleh pak Jaya , beberapa keyword yang menarik seperti :

"Merajut relasi dan kerjasama erat dengan project stakeholder dapat membuat proyek yang anda tangani jauh lebih lancar. Mengabaikan project
stakeholder akan membuahkan kegagalan."

Atau dalam bahasa sehari hari yang kita dengar adalah: Membangun "Silaturahmi", yang AFAIK sudah menjadi kata baku dalam Bahasa Indonesia.

Seperti yang kita ketahui hampir 90% waktu Project Manager adalah didalam komunikasi, termasuk juga membangun "Silaturahmi" adalah bentuk kearifan budaya lokal yang perlu dibina dan di budayakan, dan bukan budaya "amplop" atau "angpao" yang harus kita buang jauh-jauh dari dunia Project Management ..

Dalam perencanaan komunikasi / "Communication Planning": yang trigernya adalah kebutuhan komunikasi dalam suatu proyek, yang memerlukan analisa terhadap stakeholders / para pihak yang membutuhkan informasi yang perlu dikomunikasikan tentang project itu
sendiri.

Sehingga perlu direncanakan dalam Project Communication Plan. Yang biasanya dalam sebuah project, Communication plan ini terdapat
dalam / merupakan bagian dari dokumen Project Execution Plan (PEP).

Sesuai dengan sylabus Project management, PMBOK termasuk didalamnya memberikan analisa stake holder, "stakeholder analysis", di mana langkah yang dugunakan juga kurang lebih sama dengan langkah-langkah yang dituliskan diartikel ini yaitu :

1. Mengenali , "Tak kenal maka tak Sayang", sehingga kita bisa tahu pihak mana yang memberikan pengaruh besar kepada proyek
2. Kemudian harus bisa menanamkan pengaruh positif kepada seluruh stake holder dan membina hubungan yang baik.
3. Strategi terhadap communciation plan dan termasuk didalamnya adalah membuat communication plan / strategy terhadap stakeholders itu sendiri :
seperti Decission Makers / Pemerintah , Local Community, Project Team, Project Sponsors, Project Approver dst ..

Dari Identify stakeholder , mengenali , memahami dan menjalin "Silaturahmi" dan kesemuanya akhirnya menjadi Stakeholder register, dan Stakeholder strategy yang dituangkan dalam Project Communication Plan.

Menarik sekali, menemukan kearifan lokal dalam sebuah Ilmu Project Management yang global ...

----- Original Message -----
From: Jaya Martha
Subject: Merajut Serpihan yang Terserak

Merajut Serpihan yang Terserak

Sebagai seorang manajer proyek, sering kita dihadapkan pada masalah bagaimana menjembatani "pulau-pulau" kekuasaan yang ada di berbagai divisi yang terlibat dalam proyek. Salah satu resiko yang dapat menghambat proyek adalah kurangnya komunikasi antar divisi sehingga menurunkan produktifitas untuk mencapai tujuan proyek. Karena itulah, diperlukan strategi untuk membangun tali silaturahmi, antara Anda - Sang Project Manager, sesama
anggota tim dan pihak-pihak terkait dari bagian-bagian lain di organisasi.
Agar dihasilkan"output" proyek dan "outcome" untuk organisasi, sesuai dengan yang diharapkan, anda harus memiliki kemampuan untuk merajut serpihan yang terserak - kemampuan untuk membangun jembatan antar divisi.

Belajar mengenali dan menangani hubungan baik antar personil maupun antar divisi, membawa dampak yang sangat besar pada proyek Anda. Kemampuan ini sangat bermanfaat untuk meredam ketegangan selama proyek berlangsung dan memaksimalkan kepuasan akan hasil proyek yang anda pimpin. Secara praktis, hubungan yang perlu anda perhatikan adalah orang-orang yang terlibat
atau terkena dampak dari proyek, yang di dalam project management disebut pemangku /pemegang kepentingan (project stakeholder).

Apa yang menjadikan seseorang atau divisi sebagai stakeholder ?
Stakeholder adalah individu atau kelompok, yang mungkin memperoleh atau kehilangan sesuatu dari kesuksesan (atau kegagalan) proyek. Mereka juga mungkin mengendalikan sumber daya (uang, manusia, peralatan, waktu) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Atau juga orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh, atau menggunakan, hasil proyek. Selain itu,
stakeholder juga adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap hasil proyek
yang akan diserahkan kepada orang atau divisi lain di dalam struktur manajemen
perusahaan anda.

Merajut relasi dan kerjasama erat dengan project stakeholder dapat membuat proyek yang anda tangani jauh lebih lancar. Mengabaikan project stakeholder akan membuahkan kegagalan.

Untuk itu, ada beberapa tips untuk meningkatkan rasio keberhasilan dengan cara merajut relasi dengan para project stakeholder secara aktif, antara lain :

(1) Kenali Seluruh Project Stakeholder anda. Kenali setiap individu atau kelompok yang terkena dampak dari proyek, baik dampak positif maupun negatif. Pertimbangkan juga, orang diluar atau didalam proyek. Bangun hubungan pribadi dengan mereka (jika ini mudah) untuk mengetahui apa yang mereka harapkan dari anda, dan kenali prioritas mereka.

(2) Pahami tingkat pengaruh dan kekuasaan Anda atas mereka. Entah itu resmi atau tidak, sebagai project manager, anda memiliki kendali penuh atau sebagian atas project stakeholder. Anda perlu mengembangkan strategi untuk menangani setiap project stakeholder tersebut, karena tidak semua project stakeholder memiliki kepentingan dan "gaya" yang sama. Klasifikasikan, mana stakeholder yang ada dalam lingkup pengaruh anda, mana yang diluar
kendali tapi masih mungkin untuk dipengaruhi dan mana yang sama sekali tidak
dapat dikendalikan. Dengan mengumpulkan informasi tentang project stakeholder sebanyak-banyaknya, kemungkinan besar, anda akan mampu mempengaruhi mereka yang diluar kendali atau sebelumnya tidak dapat anda kendalikan.

(3) Kembangkan strategi untuk menangani setiap project stakeholder.
Tidak semua project stakeholder memiliki kepentingan yang sama. Gali pengetahuan tentang mereka, apa kepentingan dan kekuatan mereka, lalu gabungkan dengan kepentingan serta kebutuhan anda, temukan taktik yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan mereka.

Dengan ketiga tips di atas, semoga anda dapat lebih baik dalam membangun tali silaturahmi antar project stakeholder. Dan lebih handal dalam merajut berbagai kepentingan yang berbeda-beda dari setiap stakeholder lalu menenunnya menjadi output sesuai dengan tujuan proyek yang anda kelola. Untuk melaksanakan tips di atas memang tidak mudah, tapi wajib anda
usahakan.

Selamat Merajut Serpihan Yang Terserak. Semoga anda berhasil. Terima Kasih.

Kelapa Gading,
Salam hangat,
Jaya Martha


Dalam menyusun kontrak dokumen hindari bahasa kontrak yang abu-abu, pastikan semua definitive, jangan sampai ada dua atau bahkan lebih persepsi terhadap kata-kata /wording didalam kontrak. Ini akan menjadi awal dari perbedaan, argumen dan akhirnya menjadi sebuah disputes... dan akhirnya menjadi sebuah perubahan (Changes)
Peranan kontrak admin dan Project Engineer sangatlah dominan disini.


1. Sepanjang sepengetahuan saya, IMHO, saya belum menemukan referensi "Program of Performance" dari standard PM yang saya ketahui.
Namun apabila yang dimaksudkan dengan Project Performance Plan / program (rencana).. dan derivatif nya seperti, Project performance Indicator, KPI , Progress measurement , EVM technique dll, dimana semua itu adalah merupakan tools yang digunakan dalam melakukan proses Monitoring dan Controlling dalam sebuah project life cycle.
Biasanya disebutkan dalam Project Execution Plan (PEP) dan PEP adalah summary dari semua rencana pekerjaan dan performance yang ingin didapatkan.


Berikut sedikit referensi yang saya dapatkan tentang project performance.


http://www.arcom.ac.uk/publications/procs/ar2002-545-555_Takim_and_Akintoye.pdf

disitu dituliskan , indikator apa saja yang dibutuhkan , seperti contoh nya yaitu : Progress deviation, Cost deviation, Decision dan effectiveness.

Untuk penulisan dalam bahasa kontrak, seperti uraian saya diatas sangat tergantung dari "kebiasaan" atau standard / templates perusahaan anda.
Saya menulis secara general saja: "Terms and Condition Performance" dalam sebuah Contract, IMO, secara ringkas dapt dibagi menjadi :
A. Schedule Performance : dibuatlah Timeline yang biasanya dibuat dalam bentuk Contract Schedule, dan milestones. Disini harus definitive (pasti) tanggalnya:
- Kapan kontrak dimulai (mm/dd/yy).
- Kapan kontrak berakhir (mm/dd/yy).
- Kapan Commisioning dimulai (mm/dd/yy)
- Kapan Final acceptance dimulai.(mm/dd/yy)
Non conformance dari kriteria kontrak milestones yang dipilih (Final acceptance misalnya) Akan berakibat adanya Delay Liquidated Damages, yang arti dalam terjemahan bebasnya : "Kerugian yang harus dibayar oleh kontraktor kepada Owner terhadap keterlambatan / tangal yang telah disepakati"
yang biasanya dalam kontrak besar 1/mil perhari. Biasanya diterapkan maksimum 5%, walaupun PTK007 BPMIGAS mensyaratkan boleh sampai dengan 10% CMIIW
perubahan terhadap tanggal-tanggal tersebut memerlukan Change Order yang perlu diotorisasi sebagai kontrak ammendment. (lagi-lagi ini tentang Change Management)

B. Cost Performance- karena untuk proyek LumpSum , maka yang perlu diperhatikan adalah fokus pada prosedur Progress Measurement Systemnya, establishment baseline , S-Curve, progress payment plan dst ...termasuk juga mekanisme invoicing contractor.

C. Quality - referensi nya ada pada Exhibit Scope Of Work. Dimana akan banyak merefer kepada spesifikasi, datasheet etc...

2. Untuk Project Performance (program), biasanya disebutkan dalam bagian Exhibit (Lampiran) Contract Requirments -
Sebagai contoh: Regular Periodic Progress Reporting yang dijelaskan secara general dalam contract, seperti: Project Reporting requirements
(Monthly, Weekly dan Daily (as approriate) dll.

Dan kemudian akan diatur tersendiri dalam prosedur-prosedur Project Control (PC) yang
memang dibuat spesifik untuk project tersebut
(ie: Project Reporting Requirements., Project WBS systems & standard (agar allign dengan WBS owner), Project Management of Changes dst ..)
Kemudian prosedur-prosedur ini akan dijadikan referensi bidder (/kontraktor) dalam mereka membuat prosedur untuk kita.
Karena yang bisa membuat prosedure PC dalam kontrak tersebut adalah orang-orang Project Control, makanya orang Contract akan menyerahkan prosedure dan content nya kepada PC group. begitupun dengan prosedure prosedur / spesifkasi project spesifik yang lain. Akan konyol kalau Contract Manager akan mengerjakannya sendiri (apa artinya Project team work?). Namun karena Contract Admin / Manager yang mengkoordinasi dan mengkonsolidasikan semua bagian kontrak, semua team dalam PMT (termasuk PC group) akan memberikan masukan kepada Contract admin.
Dan yang diminta kepada Contractor sebagai Company Required Documentation Bentuk nya kebanyakan adalah dalam bentuk deliverables ..

3. Betul , jadi tergantung dari requirement spesifik Project nya apa saja yang diinginkan (yang ditulis dalam lampiran Tablel Required Documentation) .. kapan harus disampaikan, dan disebutkan dalam semacam list /table deliverable yang harus disubmit oleh kontraktor.

IMO, Yang perlu sekali di pastikan bahwa Project baseline (Schedule dan Cost) harus sesegera mungkin di sepakati (maksimal 2 minggu setelah kontrak efektif)


Orang Baik Sulit Dapat Promosi ?

---------------------------------------------------------------
Sebuah tulisan yang sangat menarik yang saya dapat dari milis :
---------------------------------------------------------------

ORANGTUA atau para ahli selalu menyarankan agar seorang karyawan bisa bekerja dengan baik dan berperilaku baik jika ingin cepat mendapatkan promosi. Namun kenyataannya, orang baik sering kali menjadi orang terakhir yang diperhitungkan untuk mendapat promosi. Apa yang salah?

Saat kita kecil atau mulai masuk dalam dunia kerja, orang tua, bahkan konsultan karier, kerap kali memberi saran agar kita selalu bersikap sopan, bisa dipercaya, baik hati, kooperatif, dan toleran. Dengan sifat dan sikap ini, orang-orang di sekeliling kita, termasuk atasan, akan menyukai kita. Kita akan memiliki banyak teman, dan tentu saja karier akan melaju pesat.

Tapi nyatanya tidak begitu. Dr Christine Riordan, Dekan University of Denver’s Daniels of Business, sekaligus konsultan berbagai perusahaan, yang telah melakukan studi dan pengamatan selama lebih dari 20 tahun,menyimpulkan bahwa terlalu baik tidak akan mampu membuat seseorang naik jabatan.

Bahkan, ia berani mengatakan bahwa bersikap terlalu baik bisa menghambat kemajuan karier dan memperlemah sebuah kepemimpinan. Begitu juga dengan sikap memelihara, simpatik, dan suportif. Sikap-sikap ini juga tidak terlalu berguna bagi kenaikan jabatan,juga bagi kenaikan gaji.

Namun, tentu saja ada juga berita baiknya. Bersikap baik dan ramah berhubungan dengan kepuasan hidup dan bekerja. Orang-orang yang memiliki kualitas ini umumnya punya produktivitas kerja yang baik.Tentu saja hal ini dibutuhkan perusahaan.

Pertanyaannya, mengapa bersikap baik dan ramah bisa menghambat karier? Jawabnya, karena sikap ini membuat orang tersebut cenderung enggan untuk melakukan konfrontasi atau kesulitan lainnya di tempat kerja.

Riordan menuturkan pernah bekerja sama dengan seorang wakil direktur bagian marketing sebuah rumah sakit. Ia adalah orang yang menyenangkan.Pada awal kariernya, ia sangat sukses. Namun, begitu mencapai level wakil direktur, ia mengalami kesulitan menghadapi berbagai kepentingan dan konflik yang mengharuskannya cepat mengambil sikap. Karena terbiasa bekerja dengan kondisi yang harmonis,ia menjadi lambat saat diharuskan bertindak cepat.

Kelambanannya ini lalu membuat eksekutif yang lebih lincah dan dinamis mengambil keputusan tanpa keterlibatannya. Karena frustrasi, menurut Riordan, sang wakil direktur itu lantas mengundurkan diri.

“Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini ialah seorang pemimpin harus mampu mengatasi setiap tantangan yang muncul. Ia harus mampu memilah kepentingan mana yang harus diutamakan di antara banyak kepentingan,” kata Riordan, seperti dikutip dari Careerbuilder.com.

Masih menurut Riordan,untuk menjadi manajer yang sukses, seseorang harus mampu mengatasi isu-isu kontroversial sebagaimana ia merespons hal-hal yang konstruktif atau menangani kritik. Ia harus mampu membuat sebuah keputusan yang sulit dan membantu memulihkan kerja karyawannya yang buruk.

Satu hal lagi, seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan yang tidak populer, sebuah tantangan yang umumnya dihindari oleh mereka yang ingin selalu bersikap baik dan sopan.

Orang yang baik umumnya juga enggan untuk menunjukkan pendapatnya karena tidak ingin ada kontroversi atau tidak ingin melawan arus. Ia juga sungkan untuk meminta kenaikan gaji, promosi, atau kesempatan mengerjakan proyek yang berprospek tinggi.Karena itulah,orang yang lebih cekatan akan menyalip orang tersebut atau karena keengganannya untuk pamer,maka hasil kerjanya tidak dilihat atau terlihat atasan.

“Juga sudah banyak buktinya bahwa pemimpin yang terlalu baik akan kesulitan untuk mengatasi konflik. Saat menghadapi sebuah konflik, maka ia akan mempertontonkan sebuah kepemimpinan yang lemah,”tegas Riordan.

“Jahat” bukan solusi

Jika menjadi orang yang baik bukan pilihan, tentu akan ada pemikiran bahwa menjadi orang yang “jahat” akan lebih menguntungkan. Riordan tidak setuju dengan pemikiran tersebut. Mengambil jalan yang ekstrem, dengan menjadi karyawan atau atasan yang membuat karyawan lain tersiksa, tentunya juga akan menghancurkan kariernya.

Sebenarnya, bersikap baik, kooperatif, toleran, dan mudah memaafkan adalah sifat yang baik. Asalkan sikap-sikap tersebut dilakukan pada saat yang tepat.Jika sikap ini dilakukan saat dibutuhkan sikap yang sangat tegas dari seorang pemimpin, maka sikap baik dan mudah memaafkan akan membuatnya terlihat sebagai pemimpin yang lemah.

Masalahnya,karena sikap baik itu umumnya sudah melekat dari kepribadian seseorang, agak sulit untuk mengubahnya.Namun tetap saja, seorang pemimpin atau mereka yang ingin menjadi pemimpin harus bisa “memaksa” kepribadiannya untuk menyesuaikan dengan tugas dan tujuannya sebagai pekerja atau pimpinan.

Solusi ..

Lantas, bagaimana agar bisa sukses dalam karier dengan kepribadian yang sudah dimiliki? Cara terbaik ialah dengan menganalisis sikap atau perilaku seperti apa yang bisa membuat Anda bisa mendapatkan promosi atau meraih kesuksesan. Perhatikan pula perilaku apa yang bisa menimbulkan hal sebaliknya. Intinya, cobalah bersikap lebih fleksibel dan jangan memaksakan menerapkan kepribadian yang tidak cocok dengan lingkungan kerja.
Setiap mereka yang ingin memperoleh kenaikan jabatan atau menjadi pemimpin harus mampu bersikap seimbang dan menempatkan sesuatu sesuai kondisi. Dan yang paling penting, tetaplah seperti diri Anda sendiri.. be yourself .. tapi lakukan tindakan yang tepat jika menyangkut kredibilitas dan kekuatan kepemimpinan. Selamat Mencoba dan Meng-Instropeksi Diri.. and.. See ya ON TOP J

- Michael Ballack Inc. -



Kebetulan topiknya tentang change management sedang hangat, dan juga akan saya bicarakan / share di tanggal 28 Desember 2011 di PMI - di Microsoft Indonesia - Gedung BEJ Jakarta.

Perubahan, changes, terjadi karena perubahan itu sendiri adalah suatu kepastian / keniscayaan.
Perubahan terhadap sesuatu "project premis" awal yang dibuat, dimana perubahan bisa berarti hal yang buruk dan juga hal yang bagus.

Perubahan untuk akselerasi schedule misalnya, ini adalah perubahan yang bagus untuk schedule.
Atau dengan optimasi proses , dengan penggunaan equipments yang sudah ada di field contohnya (proyek brown field) atau menemukan sourcess pengganti Long lead sehingga schedule kerja bisa lebih cepat.

Intinya : Changes is constant feature in the project, Change can be "bad" and also "good".

Makanya jangan anti perubahan, terbukalah dengan perubahan, namun tetap dalam wacana MENJAGA SCOPE (project premises) terhadap perubahan WBS yang telah sudah di SET atau yang ditetapkan, menghindari "sccope creep", transparansi perubahan, tertib administrasi dst ... Makanya kan ada kita Project Control .. :) , dengan segala tools nya Schedule, KPI, EVM dst ...

Tadi sudah dibahas masalah WBS, pembuatannya , yang dalam proses di PMBOK adalah pada tahapan proses planning
(ingat kan : initiaing, planning, Executing and Monitor & Controlling dan terakhir Closing)

Kalau kita berbicara di tahapan proses planning, pada saat kita bicara Risk Elemet.. Faktor Resiko, ( dari Identifikasi, analisa Impak dan kemungkinan dg Qualitative dan Quantitative, Risks response planning dan Yang terakhir Risk monitoring dan controlling)

Outputnya salah satunya adalah: Kontigensi / cadangan biaya yang dialokasikan untuk menghadap faktor resiko.
(keluaran dari elemen ini selain yang saya sebut diatas adalah, dari Risk Register - Risk response planning (& monitoring) , termasuk juga Contractual/Procurement Plan / memilih jenis kontrak)

Alokasi kontigensi dapat di buatkan dalam WBS sendiri , sebagai Contigency cost, dan sekarang sudah berkembang menjadi dialokasikan dalam setiap CBS - yang disebut juga CBR, Cost Breakdown Risk - alokasi kontigensi dalam masing-masing WBS, termasuk juga dalam schedule...

Kalau kita berbicara Change Management dan biasanya ini berada pada tahapan proses monitoring dan controlling.
Secara umum Change ini sendiri terbagi menjadi dua hal besar , untuk owner persepktif biasanya dibagi 2:
1. Scope Changes
2. Scope Variances
Karena change managemen dari sisi owner ini bukan pada tahapan eksekusi saja, namun pada tahapan-tahapan Pre-FEED / FEED setelah FEL-1 (FEL2, FEL3)

Namun dalam contractor persepktif ,AFAIK, cuma 1 yaitu Scope Changes itu sendiri, contigency mereka masukkan kedalam
pos kontigensi yang telah dibuat pos-posnya dalam struktur biaya proyeknya:
- Base - Biaya proyek
- kontigensi untuk project - Project Risk Budget
- Management reserves (true contigency)
- Profit

Melanjutkan tentang definisi scope changes dan variances:
Scope Changes adalahsesuatu yang berubah dari project premises (project Scope document etc) yang dibuat, atau yang sudah diset dalam WBS nya seperti yang saya tulis diparagraph atas.. disini bisa karena "mandatory" yang "wajib" dilakukan seperti regulasi , aturan pemerintah , maupun discretionary - sunah dilakukan - demi kepentingan project ..seperti optimasi penggunaan equipment dll..

Scope variances adalah perubahan yang masih masuk dalam variances (atau bahasa lainnya masih masuk didalam kontigensi) bisa dibilang "mubah" - boleh-boleh saja, .. bisa jadi karena sudah dalam kontigensi, tapi ada juga yang bilang "makruh" karena akan menambah biaya dst.
sebagai contoh : penambahan engineering mahour , dimana perubahan ini bisa jadi tidak merubah schedule namun slightly impact terhadap cost dst ...

Kalau Pemilihan jenis kontrak, saya harus mengatakan bahwa ini bukan masuk dalam wilayah scope / change management, namun lebih merupakan, risk response planning yang diimplementasikan dalam pemilihan jenis kontrak yang sesuai dengan nature of worknya. Termasuk Resiko apa yang ingin kita implementasikan (Risk Avoidance, Risk Transfering, Risk Acceptance, Risk mitigation/ Risk reducing)

Berikut dokumen-dokumen yang menarik yang bisa kita gunakan sebagai referensi

Untuk mudahnya mengenai jenis-jenis kontrak , Coba download makalahnya pak Kristiawan di migas indonesia yang cukup bagus untuk sharing

SDA vs SDM


Point saya yaitu sebenarnya :
bukan sekedar jargon mengunggulkan Sumber Daya Alam kita , tapi Keunggulan Sumber Daya Manusia yang menjadi prioritas kita.

Kalau hanya semata mengunggulkan SDA tanpa didukung SDM makanya (terpaksa) banyak orang asing (dan investasi) yang diundang masuk ke Indonesia, dan (banyak dari) kita yang hanya menjadi penonton, dan (sangat sedikit) yang masih mending yang berkesempatan untuk ikut memainkan bersama orang asing tersebut.

Makanya paradigma harus dibalik, Bagaimana meningkatkan / mengunggulkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang harus menjadi jargon ke seluruh nusantara...
Bukan sekedar keunggulan dengan SDM kita yang sering kita dengar di berita-berita :
SDM/ buruh tenaga kerja di Indonesia murah, ramah dan dapat dieksport sebagai PRT dan pekerjaan non skills.

Soal kerja adalah pilihan, dan soal profesional saja, bukan masalah kerja dimana, yang penting halal.
Toh kalau sudah dianggap profesional (dan laku dijual), dan kalau mau dan berkeinginan, saya, kita dan sampean bisa bekerja dimana saja termasuk diluar negeri. Jadi tidak ada masalah dengan eksploitasi alam (apalagi nasionalisme) yang kalau memang bertujuan untuk kepentingan/kemaslahatan manusia. Ini yang saya sebut keunggulan SDM.

Sedikit menambahkan dan share saja, menurut pengalaman saya kalau untuk perhitungan pemasangan equipment, secara rule of thumb, dimana perhitungan order of magnitude nya secara kasar adalah dalam range 10-15% dari harga equipment tersebut.

Namun memang tepat sekali komentar dibawah,

Kalau untuk install equipment ada 3 faktor yang berperan yaitu biaya material consumable, biaya alat yang digunakan dan biaya manpower yang mengerjakan.
Untuk manpower dan alat yang digunakan tergantung harga sewa dan upah manpower daerah tertentu. Besar biaya ini juga tergantung dari planning pemakaian alat dan Manpower, semakin bisa memanage pemakaian alat & manpower secara efektif makin menekan biaya instalasi.


untuk lebih tepatnya, apalagi untuk kontraktor yang akan memberikan penawaran harga, memang harus dihitung secara mendetail dari resourcess yang diperlukan: Man,Material, Equipments/Tools..Termasuk juga transportasi, dlsb
Dan jangan lupa untuk industri migas, sudah seharusnya dipastikan dimasukkan cost untuk peralatan safety (PPE) dan HSE training required ..

Sekedar tambahan lagi,
Untuk perhitungan secara global, pada industri proses
ada juga yang disebut lang factor,
Lang Factor adalah ratio, total biaya main equipment (saja) dibanding dengan total installation cost (TIC).
Dimana termasuk biaya PMT, transportasi, equipment, instalasi, commisioning, dlsb...

Nilainya bisa s/d 5.0, namun dalam normal perhitungan, menurut pengalaman saya, biasanya menggunakan standard lang factor: 3 sd 4.0

Sekedar menambahkan dalam pembuatan GC (General Construction) Sechedule

Perlu juga di buatkan referensi yang didokumentasi (di sign oleh planner dan yang paling penting adalah Project Manager ) referensi dan asumsi - asumsi apa saja yang digunakan dalam membuat schedule ini.

Sehingga dokumen ini menjadi basis dalam pembuatan GC schedule atau (Base Line Schedule) - sehingga produk kita ada dua : \

1. Schedule itu sendiri 2. Dokumen untuk basis schedule itu sendiri.

Master Project Schedule Basis dokumen ini biasanya berisi :
1. Project Overview
Tentang Background / overview / target project ...
2. Contracting Strategy
berisi tentang startegi manajemen dalam memecah pekerjaan dalam bentuk Sub Contract / Vendor
3. Long Lead Item
berisi tentang keterangan-keterangan Item item apa saja yang menjadi "Longest" delivery, sehingga memerlukan kontrol yang lebih dari kita.
4. Schedule asumption - Basic References

Basis dasar perhitungan pekerjaan detail :
misal : welding berapa dianinch / mhr , bangunan berapa m3/ mhr , pipeline berapa m / day dst ....

Perlu dipastikan bahwa project manager menanda tangani dokumen ini, sehingga bila ada yang meminta perubahan terhadap Master Schedule kita
berarti ada yang harus dirubah di dokumen MPS basis ini.

yayan febriansyah mencatat :

Lazimnya untuk big project, Subcon akan diminta untuk pre-qualify, selain finance/keuangan, subcon juga mungkin akan diminta untuk membuat daftar dan juga keahlian profesional mereka di berbagai bidang seperti scheduling.
Subkontraktor tidak selalu bisa melihat satu set lengkap rencana, spesifikasi, addendas, kondisi umum, format kontrak yang diusulkan dan dokumen kontrak lengkap bila diminta untuk mengajukan tawaran mereka.
Sebelum signing contract sangatlah penting untuk mereview semua plan dan project document termasuk arsitektural, structural, plumbing, mechanical, electrical plans; soil reports, addedums, date completion dan city conditions of approval.


Seorang planner (pada Subcon) setidaknya mengetahui beberapa hal berikut:
a. Esensi waktu: klause ini berarti subcon harus bertanggung jawab pada schedule tanpa adanya delay time.
b. Klausal Acceleration: Subcon akan diminta membuat accelation pekerjaan walaupun ini terjadi bukan karena kesalahan sendiri
c. Klausal Termination: Seberapa secure kah kontrak subcon dan kondisi apa yang meyebabkan pemutusan kontrak.


Uraian mengenai beberapa hak dan kewajiban dari subcon ( untuk Planner):
a. Waktu mulai pekerjaan dan penyelesaian Project-----confirm hal tersebut sesuai dengan kebutuhan kita.
b. Rate of Progress- Jika rates tersebut specifix, pastikan plan resource crew tersebut dapat dipenuhi
c. Schedule of Work – confirm hal tersebut sesuai dengan work plan internal. Jangan berharap pekerjaan selesai jika pekerjaannya belum ada dilist tersebut.
d. Coordination of Trades – pastikan siapa yang bertanggung jawab dalam hal akses location atau penyediaan storage.
e. Delay Responsibilities – bagian apa saja tentang klausalresponsibility keterlambatan dari GC kepada Owner yang ditranfer ke subcon? Cari tentang Klausal delay dan Damage di dalam kontrak. Verifikasi bagaimana subcon dapat memperbaiki situasi keterlambatan oleh Owner atau GC tidak berperforma sebaik yang diharapkan.

Berikut ini juga beberapa klausal yang penting:
- No-Damages-for-Delay
- Concealed Conditions
- Contract Changes
- Force Major

Subcon haruslah bisa memanage dan mengerti klausal contract. Risiko meningkat pada Subkontraktor ketika the contract restricts the costs that are recoverable.
Risiko pada Subkontraktor sangat besar bila kontrak tidak termasuk biaya pemulihan dari semua kerusakan moneter yang disebabkan oleh semua keterlambatan jadwal.

Dan saya juga coba share Link: 9 steps to signing a construction contract

http://www.masoncontractors.org/newsandevents/masonryheadlines/headline.php?id=20080222092225

Cost Estimating methods



Dengan semangat sharing dan bertukar pikiran. Hanya sedikit menambahkan saja.

Methode Cost Estimating:
1. Parametric Modeling (Top down approach)
2. Methode bottom up, detailed estimating.

Dan Class-class estimates yang diperkenalkan oleh AACE utk setiap tahapan pengembangan (development) project benar sekali seperti yang digambarkan pak Kristiawan.

Cuma sedikit koreksi, apabila dalam mempersiapkan bid, saya yakin class estimate nya ada pada class 1- atau mendekati 5-10% accuracy. Dan sangat tidak masuk akal, bila yang digunakan adalah estimate dengan parametric modelling dg tingkat akurasinya yang masih besar sekali rangenya..

Walau saya terus terang tidak tahu apa yang terjadi di China (mohon di update lagi tentang kebenarannya).
Perusahaan O&G dan Industri di China mempunyai keterkaitan dan saling memback up, dalam artian barang2 (&Equipment) yang digunakan malah didorong oleh perusahaan O&G disana.
Tidak ada restriksi dengan AML (Approved Manufacturing/Vendor List)


Adanya kesinambungan database yang dimiliki oleh para estimator pada kontraktor dengan dunia Industrinya..
Dan memang Industrinya sudah siap mendukung..

Permasalahan yang terlihat klasik buat negara kita soal penguatan industri dalam negri (TKDN/Local Content). Pada saat ini jujur saja, saya belum melihat adanya penguatan Industri di Indonesia, dan Operator/Perusahaan Migas dapat mengatur (restriksi)spesifikasi sesuai dengan apa yang telah dimilikinya (similiarity), Global agreement, Latest Technology dan lain sebagainya.
Belum lagi dengan keberpihakan pemerintah dalam hal kemudahan birokrasi usaha dlsb untuk industri-industri pendukung Migas.
Sehingga akhirnya, menurut saya, Industri Indonesia akan selalu ketinggalan.

Tapi itu soal lain, kembali ke estimate untuk persiapan project setelah FEED dan persiapan pelaksanaan bid (pada owner) dan mempersiapkan bidding pada kontraktor.

Estimate yang dilakukan seharusnya pada range +10% - 15%..utk owner.
Kontraktor dalam menghadapi bid, seharusnya lebih kecil dari itu.

Untuk menjadi profesional di bidang Manajemen Proyek (PM), menurut saya, yang pertama dan yang terpenting adalah NIAT dan KEINGINAN yang kuat untuk belajar tentang hal ini. Dan belajar yang paling efektif adalah dengan praktek : "learning by doing".
Karena pada intinya PM, yang telah didefinisikan dalam beberapa literasi yang saya ketahui, lebih merupakan kombinasi antara "Science"/"Skills" dan "Art". Untuk itu experience dan pengalaman proyeklah yang menjadi penentunya.



SET OF SKILLS:
Seperti yang di tuliskan dalam PMBOK dan beberapa literatur, set of skills yang harus dimiliki untuk menjadi "profesional" dalam bidang PM ini, kalau boleh diringkas adalah sebagai berikut:

- Planning, Adalah kemampuan untuk merencanakan pekerjaan yang berarti mampu mengidentifikasi pekerjaan (task) yang harus dilakukan, termasuk mengidentifikasi berbagai dependensi dalam melakukan pekerjaan itu, kemampuan untuk memperkiraan biaya, waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Kemampuan perencanaan termasuk juga pengetahuan dalam menggunakan software-software yang sudah banyak tersedia, seperti yang paling sederhana: Ms.Excell, untuk spreadsheet perhitungan, Ms. Project atau tools yang lain dalam manajemen proyek: Primavera, Crystall Ball, PERT Master, SAP, PIMS, dlsb.

- Controlling Adalah kemampuan melihat, menilai status dan mengkontrol sebuah proyek. Setiap insan PM perlu mengetahui bagaimana menentukan status proyek yang sedang berlangsung, (Where we are) dan juga terhadapap rincian rencananya. Dengan menggunakan metodologi dan teknik yang sudah ada, seperti EV analysis (Earn Value Analysis), Critical Path Method Analysis, Risk and Issue Register and dan lain sebagainya.

- Managing Kemampuan mengelola/ me-manage setiap aspek dalam sebuah proyek dan terutama juga adalah kemampuan untuk mengelola berbagai risiko-resiko didalam proyek. Karena seorang PM yang profesional harus dapat mengidentifikasi setiap resiko baik yang muncul baik dari internal maupun eksternal organisasi proyek.
Hal ini untuk menjaga dan mengkontrol terjadinya perubahan lingkup kerja (Scope Of Work) atau bahkan tidak tercapainya pencapaian tujuan, tertundanya / tidak terselesaikannya ruang lingkup kerja. Dan juga termasuk bagaimana mengatur semua sumber daya (Resourcess: Man, Machine & Materials). Untuk kemudian bagaimana menggunakan teknik-teknik manajemen proyek untuk mengelola semua resiko itu dan mencapai tujuan-tujuan proyek yang selalu terbatas pada triple constrains (Waktu, Biaya dan Quality).


SET OF ARTS
Project Management juga merupakan Art atau Seni, dalam artian Manajemen Proyek lebih merupakan "bahaviour dan attitude" untuk dapat menjadi manager yang baik. Karena menjadi PM bagaikan menjadi seorang "conductor" dalam sebuah opera musikal yang memerlukan kepemimpinan dan mengatur permainan semua alat musik dan melodi untuk menjadi harmoni yang indah.
Banyak hal dituliskan dalam berbagai tulisan mengenai PM yang baik terutama mengenai behaviour ini, namun beberapa hal yang terpenting mungkin bisa saya tuliskan dibawah ini:

Thinking Ahead / Vision , Yaitu seseorang yang mempunyai visi atau pandangan jauh ke depan dalam ruang lingkup sebuah proyek. Selalu berpikir ke depan, dalam menentukan langkah-langkahnya. Bagi sebagian besar orang, mereka hanya fokus pada tugas yang berada di hadapannya, namun sayang (mungkin) mereka tidak melihat lebih jauh kedepan, dan antisipasi terhadap apa yang akan terjadi di depan pada sebuah proyek. Jadi perananan PM inilah dengan "vision" nya akan selalu memberikan arahan kepada seluruh Project Team. Vision disini mengarah pada guidance dan leadership seorang Project Manager.

Attention to Details Terkadang permasalahan yang kecil bila tidak di handle dengan baik akan mengakibatkan permasalahan yang besar dikemudian hari. Seperti yang sering disebutkan dalam soal management: "The evil is in the details". Jadi seorang PM memerlukan perhatian kepada setiap detail permasalahan, dan harus bisa memberikan prioritas terhadap permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh Proyeknya. Walaupun pada prakteknya tidak harus semua permasalahan dikerjakan oleh seorang PM sendiri. Artinya dengan memperhatikan dengan details setiap permasalahan, akan memberikan guidance / arahan kepada anggota Project Management Team (PMT)untuk memperhatikan masalah tersebut sesuai dengan bidangnya.

Ability to Influence / Leadership Kemampuan Project Manager untuk bisa mempengaruhi, mengarahkan dan memimpin sebuah team. Kemampuan untuk memberikan pengaruh ini tergantung pada kemampuan dan komunikasi untuk mempengaruhi orang.
Perencanaan yang baik tidak akan berarti apabila tidak bisa di ikuti, walaupun, oleh salah satu anggota proyek saja. Karena Proyek ini merupakan pekerjaan sebuah team dari pada sekedar pekerjaan personal. Bahkan dalam beberapa referensi menyebutkan waktu seorang Project Manager dalam sebuah proyek 90% nya adalah KOMUNIKASI.


Belajar Project Management juga berarti HARUS belajar PROJECT CONTROL (Planning & Controlling)
Jadi dari set of skills diatas kemudian akan menuntun seorang PM dapat mempunyai set of Arts sebagai seorang Project Management yang Profesional. Begitupun sebaliknya, dengan kemampuan non teknis mengenai "Vision", mempunyai atensi terhadap "Details" dan kemampuan untuk "Influence" orang bagi seorang project manager mau tidak mau harus mempelajari mengenai knowledge / skills tentang "Perencanaan (Planning) dan pengendalian (Controlling) dan juga termasuk Managing itu sendiri.


Soal Sertifikasi


Saya terkenang sekali dengan wejangan pak Musyanif, Dektur Pembangunan Perumahan (PP), disalah satu kesempatan, tentang pendidikan lanjutan / sertifikasi:
"Pendidikan lanjutan atau sertifikasi itu harus berpegang pada prinsip "FIT to PURPOSE"..Ibarat obat suplement,akan menjadi baik dan bermanfaat bila sesuai dengan kebutuhan, Namun bila kebanyakan atau kelebihan "dosis"nya, maka bisa dibilang overdosis atau malah bisa bikin sakit ..:).. ".
Artinya soal sertifikasi, yang juga sama dengan studi lanjutan (baik S2 dst) adalah ibarat Obat Suplement yang akan menunjang dari purpose / tujuan kita dalam hal karir dan pekerjaan kita. dan harus disesuaikan dengan tujuan yang kita inginkan. Jadi disesuaikan saja dengan "self questions" tentang karir kita:
"Mau kemana karir dan tujuan kerja kita kedepan ?" , "Mau jadi apa kita 3 tahun kedepan, 5 tahun kedepan , 10 tahun kedepan?". Dan ini soal pemikiran jangka panjang, artinya training / kursus / Sekolah lanjutan (S2 dst) itu harus sesuai dengan passion (keinginan) kita dan karir / pekerjaan kita di masa yang akan datang atau mendukung pekerjaan saat ini. Jadi kembali lagi terhadap NIAT dan KEINGINAN kita untuk karir ke depan.

Kalau kita memang tertarik dengan ilmu Project Management . Project Control , dan ingin lebih tahu didalamnya, maka sesuai dengan tulisan saya diatas, lebih tepat untuk langsung "terjun" kedalam dunia kerja tersebut.
Kalau memang saat ini bekerja di luar Project Management / Project Control, minta saja ke supervisor / manajer utk melakukan kegiatan-kegiatan Project Management / Control tsb.Soal sertifikasi juga soal benchmark pribadi dan merupakan "self esteem" bagi yang memilikinya.
Apalagi kalau ada kesempatan untuk mendapatkannya dari fasilitas kantor..:)
Walaupun tidak menjamin orang yang sudah certified akan lebih bagus kemampuannya, yang kemudian akhirnya banyak berpulang pada kemampuan masing-masing orang di "real world".

Senin, 24 Oktober 2011

Tentang Local Content

Tentang arti MARGIN nya yang saya refer ke kamus umum dulu..
http://en.wikipedia.org/wiki/Margin tentang margin, yang banyak definisinya

Mungkin yang dimaksud kalau boleh sedikit menyimpulkan adalah gross margin

http://en.wikipedia.org/wiki/Gross_margin

Jadi biar diskusinya nyambung harus sepakat disini dulu .. :)

Kemudian untuk sharing mengenai harga dasar, baik harga dasar satuan barang dan jasa, maupun proyek.

BIAYA MATERIAL LANGSUNG (Direct Material Cost) (Variable)
2. BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG (Direct Labor) (Variable)
3. BIAYA TIDAK TETAP (Factory Overhead) (Variable + Fixed)
________________________________________________________+
4. BIAYA PRODUKSI (Cost to Make) (Variable + Fixed)
5. BEBAN PEMASARAN (Marketing Expenses)
6. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI (G&A Expenses)
_______________________________________________+
7. HARGA POKOK PENJUALAN (Cost of Goods Sold)
8. KEUNTUNGAN DAN PAJAK (Profit & Tax)
_________________________________________+
9 . HARGA JUAL (Selling Price)
10. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN
_________________________________________+
11. HARGA FOB (FOB Price)

TKDN adalah program pemerintah baik dari MIGAS dan DEPERIN yang sering di "gembor-gemborkan" negara kita untuk pendaya gunaan produk dalam negeri.

Mungkin TKDN atau Local Content adalah hal yang jamak untuk rekan2 kerja yang bekerja dengan Pemerintah dan atau dengan PSC / KPS on behalf of BPMIGAS. karena didalam requirementnya di perlukan suatu persayratan untuk menyertakan nilai Local Content / TKDN.

Googling sedikit tentang TKDN, lebih detailnya bisa lihat di link ini. (tapi ini berlaku untuk proyek / jasa yang berhubungan dengan pemerintah sehingga diatur oleh DEPERIN).
http://heldi.net/2009/06/tingkat-komponen-dalam-negeri-tkdn/

Untuk proyek yang berhubungan dengan Oil&Gas diatur di PTK 007. mungkin lebih detailnya ada pada link ini:
http://www.migas-indonesia.com/index.php?module=article&sub=article&act=view&id=7713&print=1
Sudah saya share juga di milis migas
http://groups.google.com/group/migas-indonesia-google/msg/77b279bd6402a47a?pli=1


UU nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal paling menarik adalah pasal tentang kegagalan bangunan dan pembinaan.

Terus terang saya tidak familiar dengan UU ini. Namun sangat menarik utk ditelaah dan juga dikritisi. Terutama dalam hal memandang konstruksi itu sebagai kegiatan project (punya triple constrains: time frame, biaya dan kualitas) dan juga sebagai industri (jasa) yang perlu kesinambungan (Operasi) dan sustainablity.

Mungkin kita sudah salah kaprah dalam persepsi masalah konstruksi yang melihat dunia konstruksi dalam salah satu fase yang ter-expose saja: Eksekusi.
Seperti dalam tulisan saya sebelumnya, seharusnya proyek itu dilihat dalam perspektif yang lebih luas : dari konsepsi-perencenaan design, kelayakan teknis dan keekonomian (yang ini mengambil waktu paling tidak sekitar 40-50% dari waktu proyek) dan baru eksekusi: pelaksanaan pekerjaan dan terakhir Operasional.
Karena yang membedakan Proyek dan Operasi adalah: Proyek mempunyai BATAS WAKTU dan selalu bersifat unik dari satu proyek ke proyek yg lain sementara Operasi selalu bersifat kontinus...

Jadi kalau masalah kegagalan seperti yang dimaksud, dalam dunia konstruksi yang saya pahami, kontraktor pelaksana biasanya terikat dalam sebuah kontrak pun pasti terikat dalam terms kontrak yang biasanya menyebutkan masala: WARANTY dan liabilities. Jaminan dan batas kewajiban pertanggungjawaban,
Dimana disana pun terdapat batas waktu dan batas kewajiban yang ditanggung oleh para pihak.
Tidak mungkin dibebankan ke kontraktor pelaksana apabila telah dioperasikan dan telah melewati masa garansi.
Yang bertanggung jawab dalam contoh kasus cak Daulay sebutkan (jatuhnya jembatan dst..) Menurut saya telah melewati masa Garansi proyek (dlm eksekusi) , sehingga mau tak mau adalah owner dari proyek itu, sehingga kuncinya untuk perbaikan UU itu adalah bagaimana UU Konstruksi melihat Konstruksi dalam keseluruhan process, atau dalam istilah Project Management adalah Program Management (PMO) .. Silahkan google tentang istilah tersebut. Atau kalau memang tertarik nanti saya akan tulis tentang masalah itu.

Lalu kembali kefenomena salah kaprah tersebut, yang menjadi menarik buat saya adalah: semua daya pikir dan ketertarikan publik (dan mungkin) juga pembuat UU tersebut ada pada masalah eksekusi 'wabil khusus' mekanisme Pengadaan (atau istilahnya pengadaan)..
Ini yang sering saya lihat dan temui, terutama di dunia saya (MIGAS) yang paling diminati simposiun/seminat/workshop adalah masalah pengadaan.
Bahkan buku yang diselesaikan pertama kali oleh regulator (BPMIGAS) adalah buku (PTK: Pedoman Tata Kerja) tentang pengadaan. Bukan buku Pedoman pelaksanaan bagaimana mengelola Proyek (Manajemen Proyek) sehingga dapat dikelola dengan baik, termasuk dengan regulasi dan mekanisme pengawasan dari awal sampai dengan akhir.

Ya menurut saya, kalau boleh dilanjutkan, seharusnya dalam diskusi ini kalau bisa memberikan masukkan dan arahan yang positif:

1. EXAMPLE, Jadi seharusnya sebagai mentri yang baru apalagi pernah menjabat salah satu BUMN nya (PLN) memberi contoh dengan memberikan laporan secara profesional, Karena ini bukan sekedar membangun opini, namun berupa fakta dan angka.
Pencapaian apa saja target-target yang telah diraih dan apa yang kemudian yang menjadi tugas oleh dirut selanjutnya.
Saya kira ini sudah seharusnya menjadi budaya yang harus dibina: Lead by Example.

2. VALUES, dengan gebrakan diawal DI menegaskan hal-hal yang positif, namun harap dibentuk dengan hal yang real dengan implementasi kepada setiap BUMN misalnya dengan memberikan penerapan ALUES (nilai-nilai) yang harus dipegang oleh semua karyawannya, dari Dirut sampai dengan OB.
"Intervensi dari luar tentu harus lebih diperkecil lagi. Kalau ada direksi yang tidak sanggup menjaga dirinya dari intervensi lebih baik mundur,"
Pernyataan yang berani... yang bukan sekedar alat kepentingan politik (apalagi penguasa)..
Berani dengan keterbukaan laporan keuangan? Bagaimana dengan parameter-parameternya menjaga dari intervensi ?
Dengan nilai-nilai akuntanbilitas dan integritas dengan Good Corporate Governance diharapkan menjadi Core Values setiap BUMN. Internal Audit dan juga Audit dari exrternal selain dari BPK, namun juga audit lembaga audit independen yang bonafid secara berkala harus dilakukan.

3.PLANNING, Penetepan perencanaan yang terintegrasi antara short term, mid term dan long term planning untuk setiap BUMN. BUMN seharusnya dapat membuat program kerja dan anggaran Work planning & budgeting yang terintegrasi, dan bukannya harus sistem "kejar setoran" atau yang biasa dikenal dengan "menghabiskan anggaran" pada tahun itu karena takut kedepan dalam pengajuan budget perencanaan akan di persulit dan di pertanyakan.
Dan yang paling penting adalah konsistensi untuk melakukan perencanaan yang telah dibuat.

Dan yang terakhir adalah fungsi Kementrian BUMN menciptakan Integrated dan Intraconected National Enterpise.
Harapannya, BUMN ini dapat saling bersinergi dari hulu sampai kehilir. Perlu dipikirkan agar Capital Flow berputar hanya didalam negeri.
Target-target pencapaian dalam skala nasional yang didukung oleh beberapa BUMN semisal: MOBIL NASIONAL, MOTOR NASIONAL. Dan tentunya dukungan pemerintah dengan pembatasan jumlah produksi merek-merek luar dimana produksi dalam negri hanya untuk pasar Internasional (bukan lokal), karena pasar nasional diprioritaskan untuk Mobil Nasional.
Kalau perlu ambil kerjasama yang menguntungkan dengan perusahaan luar (contohlah Malaysia dengan Protonnya).
Dan seperti yang ditulis cak Munawir dibawah, tingkat yang paling susah adalah Meng-Integrasi -kan antara BUMN.
Selain contoh PGN dan PLN, walaupun saya tahu PGN hanya transporter (shipper gas), dan kontrak gas itu sendiri tied in kepada KPS Migas dengan buyer. Jadi pengembangan lapangan baru dan termasuk Energi Baru Terbarukan menjadi fokus pada pengembangan BUMN kedepan.


"They need the problem-solving and creative skills to support a higher value-added manufacturing sector and the business, thinking and behavioural skills for a higher productivity service sector," the report says. The bank says there are gaps in all these groups of skills in newly hired professionals across the region."

http://www.theaustralian.com.au/higher-education/east-asian-universities-fail-to-deliver-workplace-skills/story-e6frgcjx-1226169982606

Sepertinya peningkatan "marketable" skills adalah kuncinya,
1. Perbaikan kualitas market lulusan / alumni diatas kertas, dengan memperbaiki kualitas CV, dengan tambahan memberikan training-training yang juga marketable dalam dunia industri seperti autocad, hysis atau software-software praktis yang memang secara praktis dibutuhkan oleh dunia industri.
2.Perbaikan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk direct selling yang juga sangat penting, dalam hal memasarkan diri, termasuk didalamnya komunikasi dlm bahasa asing.
3.Atau secara radikal membalikkan paradigma diatas, dengan menciptakan pasar kerja sendiri, technopreneur atau enterpreneur,Dan ini butuh keberanian dan tekat seperti cak Eko dan cak Gunaris.


Satu hal lagi yang aku lupa sampaikan:

#Fokus terhadap tujuan akhir, bukan pd tujuan antara.
(Belajar bukan sekedar Nilai/lulus tapi untuk menjadi seorang praktisi/profesional kedepannya)

Seperti tulisannya Dr.Paul D Giamalvo, suhu saya dalam Project Managament dalam beberapa kali trainingnya dan di milis, pd email di bawah:

"In ALL fields of expertise, we need to change the focus from the ability to pass written examinations to producing competent, capable PRACTITIONERS"

Artinya perlu perubahan paradigma mahasiswa, dalam belajar, yaitu mengetahui tentang untuk apa dia belajar tentang mata kuliah tertentu.
Tentunya dengan memberikan gambaran, kira-kira bagaimana ilmu ini diaplikasikan dalam dunia nyata (kerja). Sehingga mahasiswa dapat terarah dan lebih semangat. Sehingga dia dapat menentukan karir masa depannya semenjak mahasiswa berdasarkan minat (passion) nya.
Saya juga sebenarnya produk dari budaya mengejar Nilai , mengejar kelulusan dst.. (yang merupakan tujuan antara bukan akhir) Tanpa mengetahui esensi dari pelajaran yang saya ambil.
Hasilnya: Berhasil lulus dengan IP diatas rata-rata kawan2, tapi I'm master of none ...hahaha...:)
Setelah merenung sejenak, untungnya dalam kuliah tersebut ada satu nilai yang nyempil indah dengan nilai AB, di mata kuliah Manajemen Operasi dan Produksi yang diajar oleh pak Boby di Mesin yang selalu saya ikuti dengan semangat..(salam hormat saya untuk beliau), dan akhirnya saya mempunyai takdir, pindah jalur dari Mesin ke Manajemen Proyek yang seharusnya diisi oleh orang TI dan/atau Teknik Sipil dan Perencanaan. Disitulah saya kemudian belajar banyak tentang Focus to the STRENGTH not only to improve the weakness..
Selain memperbaiki kekurangan, tapi harus lebih fokus juga kepada kekuatan/keunggulan..

Belajar dari India


Selalu ada banyak cara untuk belajar dari saudara kita itu..
#Solid dan solider, #Self Confidence dan berpikir #Strategis dan Taktis..

Dan kalau boleh menambahkan adalah tentang keSEDERHANAAN orang India.. Walaupun sederhana mereka pun tetap Bahagia..

Seperti yang ditulis

diblog
ini:

#Fokus pada kekuatan:
Komentar saya, sekaligus tentang tulisan tentang Orang India, Selain jago memasarkan diri kalau buat CV yang membuat seperti lucky luke (lebih cepat daripada bayangannya) dan berlembar2, juga kemampuan bahasa inggrisnya memang diatas rata-rata orang asia, kecuali philipina.
Walaupun secara kemampuan 11-12 (hampir sama) dengan orang kita, bahkan seharusnya kita lebih baik, dapat menyatakan iya tanpa harus geleng-geleng kepala ..hahaha...:)
Kesimpulannya sekilas pandang perbandingan dengan orang India, kita mempunyai keunggulan yaitu: Turthwothies..KEJUJURAN..dan Dapat dipercaya.


Being modest or "want less" is much simpler for being rich.
Seperti kata nya Erich Fromm:
"There are two ways to be rich: one is to have more the other is to want less.."

Jadi mengapa takut?

Work with Passion



Finding my #passion...
Sound it's eassy.. Sepertinya gampang menemukan passion / hasrat..
Namun rupanya memerlukan perenungan yang panjang untuk menemukannya..
Ada yang mencoba menentukan passion nya dari tumpukan buku yang dibelinya..
Dan ada pula yang menentukan passionnya berdasarkan hobinya..
Seperti yang disebutkan dalam bukunya @ReneCC Suhandono: Your Career is Not Your Job, passion is not what you are good at, it is the most you enjoy it..
Kadang aku merasa enjoy dan asyik ketika menulis dan menyebarkan semangat kepada kawan di BBM maupun dimilis.. Terutama tentang topik-topik disekitar pekerjaan saya dan apa yang pernah saya baca terutama self motivation dan soal keberuntungan...
Kadang saya menemukan kenikmatan dan kebahagiaan ketika orang berkumpul dan aku bercerita tentang mengapa aku "seberuntung" ini..
Aku rupanya senang mempunyai pengaruh yang baik, pengaruh yang bermanfaat tentunya..

Ya, saya merasa menjadi orang yang selalu beruntung,
Beruntung karena dilahirkan oleh orang tua yang sangat menyayangi dan memanjakan saya semenjak kecil hingga kini. Yang saya harus mendapatkan restu dan doanya secara terus menerus. My 1st Angle
Beruntung ketika mempunyai pendamping hidup yang selalu memberikan peringatan dan saran dalam menempuh kehidupan yang lebih baik. Dan saya sungguh beruntung dapat mensinergikan Energi saya bersamanya. My 2nd Angle
Beruntung ketika mempunyai dua malaikat kecil, yang lucu dan semoga selalu sehat dan selalu dapat membahagiakan kedua orang tuanya ..amien...
Dan berbagai keberuntungan-keberuntungan yang saya harus saya syukuri.
Dan saya juga beruntung, dilahirkan dalam agama yang selalu mengajarkan untuk selalu berharap kepadaNYA, dan tiada sekutu bagiNYA. Dengan keyakinan, dalam semesta Aku, bahwa semua yang baik itu berasal dariNYA, sementara semua yang buruk itu berasal dari diriku sendiri dalam kekuasaan dan kehendakNYA.
Subhanallah ...Maha suci اَللّهُُ atas segala sesuatu...

Keberuntungan itu rupanya sangat pas dan sederhana diteorikan oleh @Ipphoright Santosa..
Dalam bukunya #7KR 7 keajaiban Rejeki
Hmm..apakah ini passion saya?

#fingerprints of the winner..
Everybody is unique..
Seperti halnya sidik jari seseorang yang sangat spesifik setiap manusia, sehingga tidak pernah ditemukan manusia, walaupun kembar siam-identik sekalipun, tidak ada yang mempunyai pola sidik jari yang sama.
Dan setiap keunikan itu mempunyai kelebihan yang masing-masing diciptakan Tuhan untuk hambaNYA.
Do What You Are... And live in your uniqueness..

Seperti yang saya tulis diatas, saya merasa menjadi pribadi yang unik, yang merasa beruntung atas segala kondisi saat ini..
Dan saya selalu berusaha untuk memperluas pengetahuan yang rasa-rasanya menarik untuk saya ketahui lebih lanjut. Dan selalu merasa positif dan antusias dalam menikmati proses panjang ini..

#Purpose of life
Dan seperti firman Tuhan: akan AKU ciptakan Khalifah didunia..
Khalifah? Apa maksudnya? Khalifah adalah pemimpin. Menjadi pemimpin minimal untuk dirinya dan keluarganya.
Namun arti seperti apa yang dimaksud? Antusias ? Antusias terhada apa?
Khalifah dibumi, yang menyadari keberadaan diri kita sebagai yang harus dapat memberi arti dan bermanfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memeberikan manfaat..(Kontribusi)
Kontribusi yang nyata sebagai bagian umat, dalam lingkungan masyarakatnya, dalam komunitasnya dan dalam lingkungan terkecilnya: keluarga.
Hmmm.. Rupanya semua passion itu juga harus dilakukan secara anthusias.
Belajar soal keunikan dan keunggulan diri sendiri, soal kontribusi bagi lingkungan sekitar kita, dan apa yang menjadi legacy soal kita.

#Values
Kazuo Inamori, menuliskan: bahwa VALUES adalah kumpulan jati diri, niat dan pedoman terbaik yang bisa dipikirkan oleh masing-masing kita.
Dan jawabnya ketika ditanya tentang hal yang terbaik bagi manusia: RIGHTEUSNESS..(Kebenaran & Kebajikan)..
Sungguh menarik, sangat sesuai dengan apa yang saya coba pahami dengan nilai-nilai yang saya pahami saat ini:
Melakukan yang BAIK dan BENAR.
Yang berarti "Membiasakan yang benar, bukan membenarkan kebiasaan"
"Walaupun Tujuan kita baik, namun tetap harus dilakukan dengan BENAR"
Karena apabila sesuatu hal walaupun tujuannya baik, tapi dilakukan dengan tidak Benar, maka hasilnya akan tidak baik"
Hasil dari action (dari kata kerja) BAIK dan BENAR merupakan fungsi perkalian, dimana salah satu fungsinya Negatif, maka akan menghasilkan sesuatu yang Negatif.
Keduanya harus sama-sama positif untuk menghasilkan hasil yang baik (SUKSES).

#Zona Nyaman,
Wow, ternyata memang saya merasa berada di zona nyaman...
Pernah merasa tidak ada lagi yang harus diperbaiki, ditingkatkan dan dimajukan.
Dan pilihan dalam karir seperti ini hanyalah:
NYAMAN atau DHASYAT...dan akhirnya mungkin zero sum game, yang mana harus memilih salah satu dan mengeliminir option yang lain...
Dalam Zona Nyaman tidak akan pernah ada #Kenajuan, tidak pernah merasakan Ultimate results..atau berusaha sebaik-baiknya..
Berusahalah untuk selalu berubah yang terbaik ..

Kamis, 20 Oktober 2011


Tulisan yang saya dapat forward email, yang sangat menarik untuk di ikuti :
--------------------

Beberapa Sikap Agar Memiliki Kualitas Pribadi Baik Sehingga Melahirkan Kehidupan yang penuh Berkah

1.Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang.
Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi.
Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura,
mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak".
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular.
Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Rendah Hati
Beda dgn rendah diri yg merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan.
Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati.
Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk.
Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain.
Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya.
Orang yg setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan.
Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Bersikap Positif
Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif,
bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun.
Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan drpd keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi,
lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria,maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati.
Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan.
Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri.
Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Bertanggung Jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh.
Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun.
Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Kepercayaan Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya,
menghargai dirinya dan menghargai orang lain.
Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru.
Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan.
Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil.
Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar.
Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan.
Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. Empati
Empati adalah sifat yg sangat mengagumkan.
Orang yg berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak,
tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri.
Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain